Fajar Nugraha - Okezone
Bocah korban senjata kimia (Foto: Reuters)
DAMASKUS - Rencana Amerika Serikat (AS) untuk melakukan intervensi militer ke Suriah, mengalami penundaan ketika Suriah bersedia untuk menyerahkan senjata kimia mereka kepada pengawas internasional. Tetapi Suriah yakin bahwa AS akan tetap menyerang mereka.
Keyakinan tersebut diutarakan oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad. Menurutnya, AS akan tetap melakukan serangan, meskipun senjata kimia mereka sudah dilucuti. Pelucutan senjata kimia itu sendiri dilakukan atas usul Rusia.
"Kami tidak menutup kemungkinan bahwa AS akan tetap melakukan serangan meski senjata (kimia) sudah diserahkan," ujar Assad dalam wawancara dengan televisi Telesur, seperti dikutip Guardian, Kamis (26/9/2013).
Isu penyerangan terhadap Suriah muncul ketika pemerintahan Assad diduga menggunakan senjata kimia kepada warga sipil setempat. Serangan tersebut diyakini telah menewaskan sekira 1.700 jiwa di Damaskus.
Melalui kesempatan wawancara itu, Assad juga mengaku bahwa pihaknya memiliki bukti yang menunjukkan kelompok oposisi Suriah yang melakukan serangan dengan menggunakan senjata kimia.
"Semua bukti mengarah kepada pihak oposisi yang bertanggungjawab melakukan serangan (senjata kimia). Pihak berwenang berhasil menemukan tumpukan senjata kimia dan laboratorium, tetapi bukti itu sudah diserahkan kepada Rusia," jelas Assad.
Selain itu, Assad mengklaim pihaknya memiliki bukti bahwa Arab Saudi menyediakan senjata bagi pihak oposisi Suriah. Tetapi dirinya tidak memiliki bukti bahwa ada negara tertentu yang memasok senjata kimia bagi oposisi Suriah.
Mengenai perkembangan rencana serangan ke Suriah, Presiden AS Barack Obama menekankan bahwa pihaknya tidak akan mengerahkan kekuatan militer ke Suriah untuk menyingkirkan Assad. Tetapi AS dan Rusia, masih belum menemukan formula tepat melucuti senjata kimia Suriah. (faj)