Wahyu Dwi Anggoro - Okezone
MOSKOW – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengkritik sikap agresif yang ditunjukkan Negara Barat kepada Suriah. Dia menyebut ulah sikap tersebut bisa menggagalkan proses perdamaian di Suriah.
Amerika Serikat dan sekutunya memang terus menebar ancaman kepada Suriah. Mereka menyatakan rencana serangan ke Suriah tidak sepenuhnya dihentikan. Suriah tetap akan diserang jika melanggar kesepakatan pemusnahan senjata kimia.
“Jika ada pihak yang terus saja menakuti-nakuti dan mengancam akan menyerang, kondisi di Suriah dapat menjadi semakin buruk,” ujar Lavrov, seperti dilansir AFP, Selasa (17/9/2013).
“Aksi mereka bisa menggagalkan proses perdamaian Suriah yang dirintis Konferensi Jenewa-2,” lanjut Lavrov.
AS dan sekutunya ingin menyerang Suriah setelah menuduh rezim Bashar al Assad menyerang warganya sendiri dengan gas beracun. Negara Barat menyebut tindakan Assad sebagai pelanggaran HAM yang harus dihukum.
PBB mengonfirmasi penggunaan senjata kimia di pinggiran Kota Damaskus bulan lalu. Namun, mereka tidak menyebut pihak mana yang melancarkan serangan.
Serangan AS ke Suriah hampir menjadi kenyataan sebelum Rusia ikut campur dan mengajukan proposal perdamaian. Rusia mengusulkan Assad menyerahkan senjata kimianya sebagai imbalan untuk pembatalan serangan.
Kesepakatan pemusnahan senjata kimia Suriah disambut baik oleh dunia internasional. Kesepakatan itu dianggap bisa dijadikan modal untuk melanjutkan konferensi Jenewa-2. Konferensi tersebut digelar untuk mendamaikan kedua belah pihak yang berseteru di Suriah. Jalannya konferensi saat ini buntu karena oposisi Suriah menolak menghadirinya. (why)