Andreas Gerry Tuwo - Okezone
Warga Kamboja di lokasi pemungutan suara (Foto: AFP)
PHNOM PENH – Pihak Oposisi Kamboja Senin 29 Juli resmi menolak hasil pemilihan umum. Mereka berencana untuk mengadakan penyelidikan karena ada indikasi penyimpangan serius yang dilakukan Perdana Menteri Hun Sen yang meraih kemenangan dari pihak oposisi.
Pemimpin oposisi Kamboja yang baru saja kembali dari masa pengasingannya, Sam Rainsy, mengkritik semua penyelenggara pemilu termasuk pemantau independen. Tuduhan Rainsy mengacu pada adanya satu juta “Pemilih Hantu” dan 200.000 pemilih ganda.
“Kami tidak menerima hasil pemilu. Banyak penyimpangan terjadi dan Kami tidak berusaha untuk tawar-menawar dengan pemerintah. Apa yang kita inginkan adalah untuk memberikan keadilan bagi rakyat Kamboja sehingga kehendak mereka tidak terkotori,” ujar Rainsy, seperti dikutip AFP, Selasa (30/7/2013).
Tetapi pihak panitia pemilu Kamboja membantah pihaknya melakukan penyimpangan selama pemilu. Tidak diketahui apakah pihak Pemerintah Kamboja akan melakukan penyelidikan atas tuduhan kecurangan itu.
Pihak oposisi dalam pemilu sebenarnya mendapat hasil yang signifikan dengan menekan kursi partai berkuasa Partai Rakyat Kamboja menjadi terkecil semenjak 1998.
Partai Rakyat Kamboja sendiri menurut perhitungan cepat memperoleh 68 dari 123 kursi. Dibanding pemilu sebelumnya partai ini menguasai parlemen dengan 90 kursi. Sedangkan partai oposisi pimpinan Rainsy, Partai Penyelamat Nasional Kamboja memperoleh peningkatan suara dengan berhasil merebut 55 kursi parlemen.
Selama 28 tahun berkuasa, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen dituduh melanggar Hak Asasi Manusia dan membungkam kebebasan politik. Ditolaknya hasil pemilu oleh kubu oposisi ditandai dengan puluhan orang berkumpul dan siap untuk melakukan demo menolak hasil pemilu. (ade)