Ratusan ribu buruh di seluruh dunia --Asia, Eropa, Amerika-- turun ke jalan menuntut perbaikan hak-hak mereka. Tidak seperti di Asia dimana massa menuntut peningkatan upah, massa di Eropa menolak langkah penghematan demi kepentingan nasional.
Demonstrasi buruh di Asia, terjadi di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Taiwan, isu utamanya adalah menuntut kenaikan upah, sesuai dengan meningkatnya harga kebutuhan pokok. Selain itu, mereka juga menuntut sekolah murah.
Di Manila, ibukota Filipina, sekitar 8.000 anggota serikat buruh mengenakan kaos merah, berjalan empat kilometer ke arah istana Malacanang yang telah dijaga ribuan aparat. Di Kuala Lumpur, massa berjumlah sedikit, hanya 500 orang, menuntut UMR lebih tinggi dari yang ditetapkan PM Najib Razak malam sebelumnya.
Di Taiwan, massa anti pemerintah menuntut kenaikan upah dan sekolah murah, serta perbaikan lingkungan kerja bagi pekerja asing. Lebih dari 1.000 pekerja di Hong Kong menuntut minta kenaikan UMR menjadi 33 dolar Hong Kong (Rp40.000) per jamnya.
Di antara para buruh yang turun ke jalan pada 1 Mei ini, isu mendalam diusung para pekerja di Eropa. Ribuan pekerja di benua ini akan turun untuk memprotes rencana pemerintah untuk kembali menerapkan langkah penghematan. Di antara demonstrasi terbesar digelar di Yunani, Prancis, Portugal dan Spanyol.
Di Portugal, dua serikat pekerja akan menurunkan puluhan ribu orang untuk berdemo di ibukota Lisbon dan kota-kota besar lainnya. Ratusan ribu anggota serikat menolak untuk menandatangani pakta reformasi pasar tenaga kerja yang membutuhkan dana talangan dari IMF atau Uni Eropa sebesar 78 miliar euro.
Seperti beberapa negara di Eropa, Portugal juga menerapkan langkah penghematan yang semakin memperburuk resesi dan meningkatkan jumlah pengangguran hingga ke tingkat tertinggi, yaitu 15 persen.
Isu serupa disampaikan massa di Yunani yang memprotes kebijakan penghematan pemerintah. Akibat penghematan ini, dana pensiun dan tunjangan dipotong, membuat resesi terburuk dalam lima tahun.
Pengangguran di negara ini mencapai rekor, yaitu 21 persen. Satu dari dua pemuda Yunani menganggur. "Politisi tidak bisa membantu kami. Mereka tidak punya solusi untuk menyelesaikan masalah ini. Mereka menyetujui paket penghematan dan dana talangan. Kami tidak percaya mereka lagi," kata Dina Bitsi, 58, pensiunan.
Sementara itu, massa pergerakan Occupy di Amerika Serikat menyerukan protes global terhadap kesenjangan ekonomi. Jelang 1 Mei di AS, puluhan orang telah menggelar tenda mereka, bersiap untuk demonstrasi hari berikutnya.
"Pergerakan Occupy menyerukan Hari Tanpa 99 persen pada 1 Mei 2012," slogan mereka. Kelompok 99 persen mewakili mereka yang ditindas oleh kelompok 1 persen, yang tidak lain adalah pengusaha. (Reuters)
• VIVAnews